Download Free Designs http://bigtheme.net/ Free Websites Templates

Beritahasamitra

Berdiri di Masa Krisis Keuangan, BPR Hasamitra Tangguh Hadapi Pandemi

 

MAKASSAR - Krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1998 menjadi sejarah horor bagi Indonesia. Tapi siapa sangka, masa tersebut justru menjadi awal terbentuknya sebuah lembaga jasa keuangan di Kota Makassar.

Ialah Yonggris Lao, pendiri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasamitra, yang jeli melihat kesempatan di tengah krisis. Ia tak pasrah dengan kondisi yang melanda Tanah Air. Sebaliknya, Yonggris menggagas BPR Hasamitra dengan tujuan mulia, berkontribusi mengelola dana masyarakat.

Alhasil, dirintislah BPR Hasamitra yang berlokasi di Jalan Doktor Wahidin Sudiro Husodo, Kota Makassar, pada tahun 1999, setahun usai puncak krisis moneter di Indonesia.

"Hasamitra dirintis sejak tahun 1999, waktu itu terjadi krisis ekonomi. Saya juga banyak dana yang tersangkut di bank dan beberapa bank juga tutup. Saya berpikir kenapa kita tidak coba untuk bisa mengelola dana ini dengan cara yang lebih baik," ungkap Yonggris.

Meski dirintis sejak tahun 1999, tapi BPR Hasamitra secara resmi berdiri pada tanggal 15 November 2005 berdasarkan Akte Pendirian Perseoran Terbatas No 12 tanggal 24 Maret 2004. Menurut Yonggris, perjalanan panjang dari tahun 1999 hingga 2005 saat izin dikantongi, BPR Hasamitra fokus pada persiapan strategi perusahaan dan sumber daya manusia (SDM).

Saat terbentuk, modal awalnya sebesar Rp2 miliar saja. Kini, di usianya yang telah menyentuh 16 tahun, total aset BPR Hasamitra mencapai Rp2,65 triliun. Tak hanya itu, jaringan layanan juga sudah tersebar di berbagai daerah. Hingga saat ini, BPR Hasamitra sudah memiliki 10 kantor cabang.

"Hasamitra itu mengelola uang masyarakat sekitar Rp2 triliun lebih, saya sendiri dengan pemegang saham hanya sekitar Rp300 miliar jadi uang masyarakat jauh lebih besar," ungkap Yonggris yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama BPR Hasamitra.

Lanjut dia, karena porsi uang masyarakat yang dikelola jauh lebih besar, maka diharapkan peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melindungi dana tersebut. Salah satunya dengan melindungi bank sebagai pengelola melalui kebijakan yang dikeluarkan sehingga operasional berjalan jujur, serta taat asas dan aturan.

Pada tahun 2019, saat Indonesia kembali dihantam krisis akibat pandemi Covid-19, BPR Hasamitra tetap berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Bahkan setelah hampir dua tahun dilanda pandemi, BPR Hasamitra tetap tangguh. Hal itu terlihat dari kinerja perusahaan yang mampu tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi.

Tercatat, hingga Oktober 2021, aset BPR Hasamitra meningkat menjadi Rp2,63 triliun, tumbuh 8,37% secara year on year (YoY) dari Rp2,45 triliun pada tahun 2020. Selanjutnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp1,92 triliun, tumbuh dari Rp1,67 triliun pada periode yang sama tahun 2020 lalu.

Adapun penyaluran kredit juga masih positif, yaitu mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 3,69 YoY dengan Non Perfoarming Loan (NPL) yang masih terjaga di angka 0,28%. Meski komposisi kredit yang disalurkan masih didominasi konsumtif. Produktif hanya berkontribusi sekitar 12% saja.

Pada tahun 2022 ini, Yonggris mengaku BPR Hasamitra optimistis mampu kembali menorehkan performa yang positif. Hal ini berdasarkan sejumlah indikator, salah satunya konsumsi masyarakat yang sudah mulai tinggi, tentunya akan berdampak pada perbankan dan perputaran roda ekonomi.

"Sekarang orang sudah mulai berani belanja ini dan itu. Itu membuat perekonomian kita berputar lebih kencang dan akhirnya bank juga bisa bertumbuh. Jadi tahun 2022 ini kami berharap dan sudah menargetkan juga pertumbuhan di atas 10 persen," kata Yonggris.

Membangun sebuah lembaga jasa keuangan dari nol bukan persoalan mudah. Mengelola dana masyarakat bukan soal mahir kalkulatoran saja, tapi jauh lebih kompleks. Tapi hal itu bukan tidak mungkin bisa dilakukan jika berbekal dorongan dan tekad yang kuat.

Yonggris Lao, misalnya. Meski tidak berasal dari keluarga dengan pengalaman bisnis di bidang keuangan, tapi ia berhasil mendirikan BPR terbesar di Sulsel. Ia mengaku familiar atau akrab dengan bisnis perbankan karena sering berinteraksi dan memanfaatkan layanan bank.

"Saya itu berasal dari keluarga pebisnis, bisnis tekstil atau kain. Belum ada yang punya background bank atau bisnis keuangan. Tapi kita semua punya pengalaman dengan bank, jadi tau proses dan fungsi bank," sebutnya.

Sehingga pada saat krisis moneter belasan tahun silam, ia jeli melihat peluang dan terbentuklah BPR Hasamitra.

"Jadi kadang-kadang jalan hidup itu susah kita tebak, jadi jalan hidup terbuka sesuai dengan kesempatan yang ada. Dan bisnis yang sukses itu orang yang jeli melihat kesempatan meskipun agak kabur. Bisa membuat kesempatan yang kecil itu menjadi lebih besar," pungkasnya.

 

Sumber : https://makassar.sindonews.com/